Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia - Part 1
Summary
TLDRThis video narrates the historical impact of Dutch colonization in Indonesia. Initially, the Dutch arrived for trade, particularly in spices, but their military presence transformed them into colonial rulers. The video details the struggle of local kingdoms, particularly the fierce resistance led by Sultan Agung of Mataram and Pangeran Diponegoro of Yogyakarta. Despite their efforts, Dutch colonial rule persisted, marked by exploitation and conflict, leading to significant historical and social changes in Indonesia.
Takeaways
- π The Dutch initially came to the Nusantara (Indonesia) for trade, not to colonize.
- π’ The Dutch military arrived to protect their trading company, the VOC, and eventually led to colonization.
- π For centuries, the Dutch oppressed and exploited the Nusantara, leaving an indelible scar on history.
- π European interest in Nusantara's spices spurred exploration and subsequent colonization.
- π΄ββ οΈ The VOC operated like a sovereign state, with powers to recruit soldiers, mint money, and form colonies.
- π Sultan Agung of Mataram sought to unify Java and resisted Dutch encroachment, seeing the VOC as a major threat.
- βοΈ Mataram launched two major but ultimately unsuccessful assaults on Dutch-held Batavia in 1628 and 1629.
- π° The VOC reached its peak in 1669 but was dissolved in 1799 due to corruption and mismanagement.
- π Post-VOC, Dutch colonial rule continued, perpetuating exploitation and unfair treaties.
- π‘οΈ The Java War (1825-1830) led by Prince Diponegoro marked a significant but ultimately failed rebellion against Dutch rule.
Q & A
What was the initial purpose of the Dutch coming to Nusantara?
-The initial purpose of the Dutch coming to Nusantara was for trade, specifically to seek spices that the region was famous for.
What was the VOC and what powers did it have?
-The VOC, or Dutch East India Company, was a trading company given special rights called 'octrooi', which allowed it to act like a state by recruiting soldiers, minting money, building fortresses, waging wars, and establishing colonies.
Who was Sultan Agung and what were his goals?
-Sultan Agung was the ruler of the Mataram Sultanate in Java from 1613 to 1646. He aimed to unify all the kingdoms on the island of Java.
Why did Sultan Agung consider the VOC a threat?
-Sultan Agung considered the VOC a threat because it monopolized trade and disrupted the local political and economic order, making it a serious danger to the future of Java.
What were the outcomes of Sultan Agung's attacks on Batavia?
-Sultan Agung's attacks on Batavia in 1628 and 1629 ultimately failed. Despite initially besieging the city and causing distress within VOC fortifications, logistical issues and the destruction of food supplies led to Mataram's defeat.
What led to the VOC's bankruptcy in the late 18th century?
-The VOC went bankrupt due to bureaucratic burdens, the need to pay local workers, and the rampant corruption among its officials, leading to significant financial losses.
What was the impact of the VOC's bankruptcy on Dutch colonial rule?
-After the VOC's bankruptcy, all its assets were transferred to the Dutch government, which continued and even strengthened the exploitation and colonization of Nusantara.
Who was Prince Diponegoro and what role did he play in resistance against the Dutch?
-Prince Diponegoro was a Javanese prince and the son of Sultan Hamengkubuwono III of Yogyakarta. He led a major uprising against the Dutch known as the Java War from 1825 to 1830, which severely challenged Dutch control.
How did the Dutch manage to capture Prince Diponegoro?
-The Dutch captured Prince Diponegoro through deceit by inviting him to negotiate and then arresting him during the meeting in Magelang in 1830.
What were the consequences of Prince Diponegoro's capture for the Javanese resistance?
-The capture of Prince Diponegoro marked the end of the Java War and the last major resistance against Dutch rule in Java, leading to the solidification of Dutch control over the region.
Outlines
π Dutch Colonial History in Indonesia
The paragraph opens with a repetitive musical introduction and recounts the official historical narrative of Dutch colonization in Indonesia. It begins with the arrival of the Dutch not for colonization but for trade, seeking spices in the archipelago. The Dutch East India Company (VOC) initially came to protect its trading interests but gradually transitioned into a colonial power, oppressing and exploiting the local population for centuries, leaving a deep and unforgettable scar in Indonesian history.
π΄ββ οΈ European Explorers and the Spice Trade
This section details the allure of Indonesia's natural wealth, especially its spices, which attracted European explorers since the Middle Ages. It narrates the journeys of Western explorers like Columbus and Francisco Serau, who reached Ternate in 1512. The arrival of the Spanish in Tidore and subsequent European greed led to colonial domination, disregarding local civilizations and sovereignty. The Dutch monopoly on spice trade motivated their colonization efforts, manipulating local rulers and exploiting Indonesia's resources to maintain economic dominance.
βοΈ Sultan Agung and the Struggle Against Dutch Control
The paragraph discusses Sultan Agung, the greatest king of Mataram, who ruled from 1613 to 1646. Sultan Agung aimed to unify Java and viewed the Dutch VOC as a significant threat. His efforts included major military campaigns against the VOC in Batavia (Jakarta) in 1628 and 1629. Despite initial successes, logistical challenges and Dutch strategic countermeasures led to failures. The VOC's increasing power and relocation of its headquarters to Batavia marked a significant shift in colonial dynamics, tightening European control over Indonesia.
π₯ The Java War and Prince Diponegoro
This section highlights the Java War (1825-1830), led by Prince Diponegoro against the Dutch. Prince Diponegoro, a noble from the Yogyakarta Sultanate, rallied widespread support across Central and East Java, declaring a jihad against the colonizers. Despite early successes and significant Dutch losses, the Dutch used deceit to capture Diponegoro, leading to his exile in Sulawesi. The war marked the end of major Javanese resistance, but it severely strained Dutch resources and showcased the resilience and determination of the Indonesian people.
Mindmap
Keywords
π‘VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
π‘Colonization
π‘Rempah-rempah (Spices)
π‘Sultan Agung
π‘Batavia
π‘Pangeran Diponegoro
π‘Java War
π‘Monopoly
π‘Colonial Exploitation
π‘Dutch-Indonesian Relations
Highlights
Hai hai, [Musik], log in, nyentuh, [Musik], 350 tahun demikian pengajaran sejarah, resmi di negeri ini atas jejak, penjajahan Belanda.
Pada awalnya bangsa Belanda datang bukan untuk menjajah sama seperti bangsa-bangsa Eropa lain yang datang ke nusantara, Belanda datang untuk berdagang.
Kedatangan Angkatan perang Belanda pada awalnya bertujuan untuk melindungi perusahaan dagang Belanda yaitu VOC.
Angkatan Perang inilah yang pada akhirnya menjajah bangsa-bangsa di nusantara maka berubahlah status Belanda dari berdagang menjadi penjajah.
Peristiwa demi peristiwa terjadi, berabad-abad Belanda menindas dan mengeruk kekayaan Nusantara, meninggalkan luka sejarah yang tak bisa dilupakan.
Kekayaan alam Bumi Pertiwi telah lama menyilaukan bangsa-bangsa Eropa sejak abad pertengahan.
Penjelajahan bangsa barat mencari rempah Nusantara melewati sekian kisah dan peristiwa mulai dari Columbus yang tersesat dan menemukan Benua Amerika.
Spanyol juga mendarat di bagian lain kepulauan Maluku ya ini di Tidore.
Keserakahan menjadikan bangsa-bangsa Eropa tidak lebih dari penjajah penjajahan yang melupakan nilai-nilai peradaban.
Sistem dagang dan tipu muslihat para pendatang itu tentu saja mendapat perlawanan yang berujung kekalahan karena perpecahan dan Adu Domba terhadap kaum pribumi Nusantara.
VOC diberi hak oktroi yaitu hak keistimewaan yang dimiliki VOC untuk menjalankan perdagangan di kawasan Hindia Belanda.
Sultan Agung memproklamirkan dirinya sebagai raja terbesar Mataram yang memerintah pada tahun 1613 hingga tahun 1646.
Sultan Agung merencanakan penyerbuan ke Batavia pada 22 Agustus 1628.
Pengepungan benteng VOC Belanda di Batavia kembali gagal dilakukan untuk jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1669 VOC mengalami puncak kejayaannya VOC menjadi perusahaan dagang terkaya di dunia namun akhir tahun 1790 resmi dibubarkan karena mengalami kebangkrutan.
Kolonialisasi bahkan makin mengakar kuat setelah bangkrutnya VOC.
Pangeran Diponegoro memimpin perlawanan Belanda dari lingkungan Kesultanan Yogyakarta, menyerukan Perang Jihad yang didukung oleh kaum pribumi.
Pada akhir peperangan tahun 1830, Pangeran Diponegoro secara licik ditangkap Belanda di Magelang.
Transcripts
hai hai
[Musik]
[Musik]
hai hai
hai hai
log in
nyentuh
[Musik]
350 tahun demikian pengajaran sejarah
resmi di negeri ini atas jejak
penjajahan Belanda
hai hai
[Musik]
Hai
pada awalnya bangsa Belanda datang bukan
untuk menjajah sama seperti
bangsa-bangsa Eropa lain yang datang ke
nusantara
Belanda datang untuk berdagang mereka
mencari rempah-rempah nusantara yang
terkenal
kedatangan Angkatan perang Belanda pada
awalnya bertujuan untuk melindungi
perusahaan dagang Belanda yaitu VOC
Angkatan Perang inilah yang pada
akhirnya menjajah bangsa-bangsa di
nusantara maka berubahlah status Belanda
dari berdagang menjadi penjajah
peristiwa demi peristiwa terjadi
berabad-abad Belanda menindas dan
mengeruk kekayaan Nusantara
meninggalkan luka sejarah yang tak bisa
dilupakan
hai hai
hai hai
hai hai
[Musik]
hai hai
Hai kekayaan alam Bumi Pertiwi telah
lama menyilaukan bangsa-bangsa Eropa
sejak abad pertengahan Mereka kemudian
tergerak untuk melakukan penjelajahan
bersamaan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan penyebaran ajaran agama dan
terutama untuk kemakmuran dan kekayaan
penjelajahan bangsa barat mencari rempah
Nusantara melewati sekian kisah dan
peristiwa mulai dari Columbus yang
tersesat dan menemukan Benua Amerika
sampai Fransisco serau yang mendarat di
Ternate pada tahun 1512 di tahun yang
sama Spanyol juga tidak mau kalah mereka
juga mendarat di bagian lain kepulauan
Maluku ya ini di Tidore pertemuan mereka
dengan tanah muasal rempah ini kemudian
mengubah arah sejarah keserakahan
menjadikan bangsa-bangsa Eropa tidak
lebih dari penjajah penjajahan yang
melupakan nilai-nilai peradaban
penjajahan yang tidak berperi
kemanusiaan dan peri keadilan
keserakahan bangsa-bangsa Eropa memicu
kericuhan nusantara pada masa itu
sesungguhnya bukanlah tanah yang tak
bertuan ujian kerajaan lokal ada di
berbagai tempat dengan pemerintahan yang
berdaulat di wilayahnya masing-masing
sistem dagang dan tipu muslihat para
pendatang itu tentu saja mendapat
perlawanan perlawanan yang berujung
kekalahan karena perpecahan dan Adu
Domba terhadap kaum pribumi Nusantara
keinginan Belanda untuk menanamkan
pengaruh dan Monopoli itu bertumbuh
kemudian karena melihat bahwa ini sangat
menguntungkan karena kalau tidak
melakukan monopoli tentu saja bangsa
Eropa lainnya akan ikut terlibat dalam
perdagangan hal ini akan menimbulkan
persaingan dan harga-harga yang tidak
bisa dikendalikan oleh Belanda itulah
yang menjadi pemicu Belanda melakukan
kolonisasi Mereka ingin menguasai
wilayah-wilayah penghasil komoditi
karena dengan menguasai wilayah-wilayah
tersebut mereka bisa menjamin pasokan
komoditi yang mereka perlukan terutama
rempah-rempah hanya dijual kepada
Belanda catatan panjang
peristiwa-peristiwa pahit persaingan
politik mengajarkan para pedagang Eropa
itu untuk membagi dan meng-cover link
Kavling kan wilayah nusantara untuk
kepentingannya masing-masing sementara
interaksi mereka dengan Penguasa dan
masyarakat lo Wak juga menumbuhkan sikap
oportunistik kemudian berkembang dengan
berbagai tipu muslihat dan siasat Yang
Licik melalui VOC para pedagang dari
Eropa tersebut menyatukan modal dengan
modal itu mereka bisa melakukan berbagai
macam operasi VOC itu seperti negara
karena VOC diberi hak oktroi yaitu hak
keistimewaan yang dimiliki VOC untuk
menjalankan perdagangan di kawasan
Hindia Belanda dengan hak oktroi itu
memungkinkan VOC menjadi seperti sebuah
negara VOC bisa merekrut tentara
mencetak uang membangun benteng
berperang bangun koloni-koloni dan juga
bisa mengikat kontrak kepada para
penguasa lokal di seluruh Asia
sangat Sultan Agung Ia adalah raja
sekaligus tentara bukan pedagang seperti
raja-raja lain di tanah Jawa begitulah
Sultan Agung memproklamirkan dirinya
ketika pertama kali mulai memerintah
Kerajaan Mataram ia memandang dirinya
berbeda dibanding raja-raja sebelumnya
yang terlibat perdagangan antar kawasan
di nusantara Sultan Agung adalah raja
terbesar Mataram memerintah pada tahun
1613 hingga tahun 1646 dari awal sang
raja bercita-cita ingin menyatukan
seluruh kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa
Hal inilah yang merisaukan Kesultanan
Banten yang kemudian membiarkan
orang-orang belanda mendirikan pangkalan
di Jayakarta keberadaan Belanda yang
berulangkali merusak tatanan di wilayah
nusantara mengobarkan semangat juang
Sultan Agung Belanda pun beralih menjadi
musuh terbesar Mataram dibawah
pemerintahan Sultan Agung Mataram
menguasai hampir seluruh Jawa kecuali
Jayakarta dan Banten namun VOC sebagai
perusahaan raksasa milik Belanda menolak
mengakui yang Wathan Mataram
VOC bahkan berupaya menaklukkan daerah
kekuasaan Mataram Banten serta Batavia
yang ingin dikuasai Mataram pun telah
berhasil dikuasai Belanda sejak tahun
1619
Hai di Sultan Agung murka keberadaan VOC
di tanah Batavia yang juga memonopoli
perdagangan dianggap sebagai ancaman
serius bagi masa depan pulau Jawa Sultan
Agung pun merencanakan penyerbuan ke
Batavia
22agustus 1628 bala tentara Sultan Agung
memulai serangan atas kedudukan VOC di
Batavia dimulai dengan pendaratan kapal
perang melalui laut dan lebih dari 10000
prajuritnya pasukan Mataram yang
dikerahkan untuk menyerbu Batavia adalah
pasukan terbesar dalam sejarah jawa
pasukan ini didatangkan secara
bergelombang gabungan dari
prajurit-prajurit Surabaya Demak
Pasuruan Ponorogo Madura dan Priangan
pertempuran berlangsung selama beberapa
bulan tembok-tembok kota dilumpuhkan
benteng-benteng kecil di sekitar kota
dapat direbut serdadu Belanda makin
terjepit dan hanya bisa bertahan di
benteng induk di tepi sungai Ciliwung
Hai
untuk memaksa pasukan files keluar dari
bentengnya Tumenggung Suro agul-agul
memerintahkan pasukannya untuk
membendung Sungai Ciliwung strategi ini
dilakukan untuk menutup pasukan akhir
untuk pasukan VOC yang bertahan di
perbentengan sehingga menyebabkan
penyakit kolera menyebar di dalam
benteng
itu nah situasi yang sangat menentukan
persediaan makanan pasukan Mataram nipis
semangat pasukan Mataram juga Mulai
goyah sementara yang lain gugur karena
kelaparan dan penyakit melihat kesedihan
ini pada 3 Des Nas 287 manggung Suro
agul-agul memerintahkan pasukannya untuk
kembali pulang ke Mataram pada main
amblas 29 Sultan Agung kembali
mengerahkan pasukannya untuk Utophia
pada penyerangan yang kedua ini belajar
dari penyaringannya pertama pasukan
Mataram kali ini dibekali persenjataan
yang jauh lebih lengkap dan lumbung padi
disiapkan pula di Tegal dan di Cirebon
namun VOC tidak kalah berstrategi nya
lumbung-lumbung padi itu dihancurkan
terlebih dahulu sehingga pasukan Mataram
kembali kekurangan pangan pengepungan
benteng VOC Belanda di Batavia kembali
gagal dilakukan untuk jangka waktu yang
panjang Sultan Agung harus menerima
kenyataan dua kali penyerangan ke
Batavia mengalami kegagalan Mataram
kehilangan banyak kekuatan atas
penguasaan Jawa disebabkan Serangan yang
tidak efektif dalam menghadapi sistem
pertahanan Eropa yang belum pernah
dikenal sebelumnya dan juga sistem
suplai logistik Mataram yang lain
sementara VOC Belanda semakin kuat pada
posisinya sampai kemudian memaksakan
berbagai kepentingannya kepada para
penguasa lokal di berbagai wilayah di
nusantara
perpindahan pusat kendali VOC dari
Maluku ke Batavia mengubah arah sejarah
kolonialisme di nusantara
dibentuk pada tahun 1602 VOC perlahan
menjadi penguasa tunggal setelah lupa
kekayaan alam di wilayah ini mereka
mengusir bangsa-bangsa Eropa lainnya
menaklukkan penguasa-penguasa lokal dan
terutama menindas mengeras subur suku
bangsa di pulau nusantara kesemuanya
untuk kepentingan pribadi dan kemakmuran
para pemodal dan bangsa mereka yang ada
di Eropa
[Musik]
pada tahun 1669 VOC mengalami puncak
kejayaannya VOC menjadi perusahaan
dagang terkaya di dunia namun akhir
tahun
1790 resmi dibubarkan karena mengalami
kebangkrutan disebabkan beban birokrasi
yang harus mereka tanggung mereka harus
menggaji para pribumi untuk membantu
mengurusi wilayahnya dan yang menjadi
sebab paling merugikan adalah perilaku
korup para pejabat VOC itu sendiri yang
beroperasi bright red atau perdagangan
personal tanpa adanya pengawasan dari
pusat Setelah VOC bangkrut semua aset
VOC diserahkan ke pemerintah Belanda
bangkrutnya VOC nyatanya tidak
mengurangi eksploitasi di nusantara
kolonialisasi bahkan makin mengakar kuat
pemerintah hindia-belanda melanjutkan
berbagai perjanjian dan aturan sepihak
yang telah dipaksakan pelaksanaannya
semenjak masa VOC dulu kerajaan dan
penguasaan lokal adalah pengampu
Interaksi yang tidak adil bagi kaum
pribumi tentu saja perlawanan terjadi
dimana-mana dengan diam-diam maupun
dengan jalan perang Puncak perlawanan
atas kesewenang-wenangan Belanda itu
terjadi pada kurun waktu 1825 sampai
1830
dalam sejarah disebut sebagai Perang
Jawa atau Perang Diponegoro orang
Belanda menyebutnya d'java Oh love you
hai hai
Hai
Pangeran Diponegoro adalah anak Sultan
Hamengkubuwono ketiga jadi pemimpin
perlawanan Belanda dari lingkungan
Kesultanan Yogyakarta Pangeran
Diponegoro mampu membuat Belanda kalang
kabut bahkan kemudian nyaris bangkrut
dan terguling dari puncak kekuasaannya
atas tanah Jawa dengan purbiyanti
ditaksir mencapai lebih dari dua puluh
juta gulden atau sekitar 2 Triliun
Rupiah saat ini Pangeran Diponegoro
didukung oleh kurang lebih 100-an ribu
pasukan yang tersebar di sepanjang
wilayah Jawa Tengah sampai Jawa Timur
Pangeran Diponegoro kemudian menyerukan
Perang Jihad melawan Belanda seruan yang
disambut dan didukung kaum pribumi dari
seluruh Lapisan ini baik dari kelompok
rakyat biasa kaum priayi dan terutama
para ulama dan para umat Islam lebih
dari dua belas ribu pasukan Belanda
kalang kabut mencari dan mencoba
mengalahkan Diponegoro sebagai pemimpin
perang dengan berbagai strategi dan
siasat termasuk Adu Domba dan tipu
muslihat sebagaimana yang ke terjadi
pada akhir peperangan tahun 1830
Pangeran Diponegoro secara licik
ditangkap Belanda di Magelang ketika ia
datang untuk memenuhi undangan rundingan
setelah tertangkap Belanda kemudian
mengirimnya ke pengasingan di Sulawesi
hingga wafatnya beliau di sana Perang
Jawa selama lima tahun lamanya akhirnya
berhenti menjadi akhir perlawanan besar
para pemimpin Tanah Jawa
[Musik]
hai hai
Hai Senyum dong
Mbok e
Browse More Related Video
5.0 / 5 (0 votes)